Translate

Sabtu, 08 Desember 2012

Senyuman Itu, Awalnya Kita

Ini dia cerpen buatan ku, walaupun dibantuin sihh sama sahabatku Tami.. :)


             Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, itu tandanya aku dan lebih dari 1000 siswa SMA Pertiwi akan segera merapikan buku dan bergegas menuju pintu gerbang sekolah. Hari ini, aku harus pulang sendiri. Aquila dan Kirana pulang sore karena mereka latihan untuk Karya Ilmiah Remaja.
           Saat aku berjalan menuruni tangga, karena kebetulan kelasku ada di lantai 2. Tiba- tiba saja ada yang menepuk pundakku .
Rio                    : “Hai bil, kamu sendiri aja?”
Aku                  : “Eh kamu, aku kira Quila dan Kirana, iya nih aku sendirian”
Rio                    : “Emang mereka pada kemana?” Sambil melihat kanan kiri.
Aku                  : “Mereka latihan untuk Karya Ilmiah Remaja.”
Rio                    : “Oh gitu, kalau gitu aku antar kamu pulang ya?” Sambil
                               senyum kepadaku.
Aku                  : “Emang gak ngerepotin kamu?” aku pun membalas
                              senyumannya.
Rio                    : “Enggak kali, lagi pula kan rumah kita satu arah, daripada
                              kamu kelamaan nungguin angkot, mau gak?”
Aku                  : “Yaudah deh boleh.” Sambil menggangguk.
           Kamipun berjalan menuju parkiran motor. Lalu, Rio pun
mengantarkanku pulang.
               Keesokan pagi, Aku melakukan rutinitasnya seperti biasa di sekolah, dan saat bel pulang berbunyi aku, Aquila dan Kirana segera bergegas meninggalkan kelas. Saat aku melewati parkiran motor aku melihat Rio dan teman- temannya sedang asik ngobrol. Aku melihat ke arah Rio dan tanpa disengaja Rio pun menoleh kearahku dengan tersenyum. Aku pun membalas senyumannya. Tanpa aku sadari Aquila dan Kirana sedang melihatku saling senyum dengan Rio. Mereka lantas mentertawaiku  dan member isyarat kalau aku suka dengan Rio. Aku pun malu dan hanya bisa diam.
               Sore itu, tiba – tiba saja Rio datang kerumahku. Rio meminta ku untuk menemaniku  ke toko buku. Aku pun menerima ajakannya. Kami berdua langsung menuju sebuah Mall di daerah Jakarta Barat. Sesampainya disana, kami pun langsung menuju toko buku yang dituju. Aku pun membantu Rio memilih buku fisika kela XI dan beberapa komik Jepang yang Ia letakkan dikeranjang belanjanya. Sesudah membeli buku, kami  memutuskan untuk makan, disela – sela kami makan, Rio banyak bercerita tentang komik yang ia beli tadi dan juga bercerita tentang dirinya. Tiba – tiba….
Rio                    : “Kamu beda bil” sambil memandangiku .
Aku                   : “Maksud kamu?” memandangi Rio dengan bingung.
Rio                    : “Walaupun kamu cantik dan pitar, kamu tetap baik dan
                            sederhana.”
Aku                  : “Makasih yo.” Sambil tersenyum.
Rio                    : “Bil…?”
Aku                   : “Iya yo, kenapa?”
Rio                    : “Kamu mau gak?”
Aku                   : “Mau apaan yo?” makin bingung.
Rio                    : “Kamu mau gak jadi pacarku?”
Aku                   : “Hah? Ah kamu ini bercanda saja.” Kaget dan mukanya
                           memerah.
Rio                    : “Nabila, aku serius. Kamu maukan jadi pacarku?”
Aku                  : “Hem…” aku terdiam sejenak “Aku mau, yo.”
Rio                    : “Makasih ya bil.” Tersenyum kegirangan.
               Dan akhirnya kami berdua pun jadian di restoran tempat kami makan tadi. Sehabis makan Rio pun mengajakku ke sebuah taman di dekat rumahku. Kami pun tertawa ria disana sampai tak sadar langit sudah gelap dan matahari pun sudah berubah menjadi bulan. Rio pun mengantarku pulang dan Rio pun langsung pamit pulang karena sudah malam.
               Setelah 5 bulan kami menjalani hubungan dengan baik, bahkan teman – teman mereka mengatakan bahwa kami adalah pasangan serasi. Pagi itu dengan biasa aku menjalani rutinitas di sekolahan. Tapi kali ini aku kaget, karena Tiwi teman sekelasku mengatakan bahwa Rio merokok dan Tiwi melihat dengan mata kepalanya sendiri. Aku pun kaget dan sangat kesal dengan Rio. Biasanya setiap pulang sekolah aku selalu diantar Rio sampai rumahnya namun hari ini tidak karena aku sangat kesal dengan Rio. Aku tidak ingin memiliki pacar yang merokok. Akhirnya aku pulang dengan naik angkot. Sesampainya di rumah Rio pun menghubungiku via telepon.
Rio                    : “Hallo, Nabil? Kamu tadi kemana aku cariin kamu gak
                               ada.” dengan suara panik.
Aku                  : “Aku pulang duluan!” dengan nada marah.
Rio                    : “Kamu kenapa sih bil? Kok kayaknya kesel banget sama
                          aku?”
Aku                  : “Iya aku kesel sama kamu, intropeksi diri kamu dulu deh”
Rio                    : “Kenapa? Coba kamu jelasin deh sma aku, aku salah apa,
                              biar aku ngerti dan merubah kelakuanku.”
Aku                  : “Kamu ngerokok kan?” dengan kesal.
Rio                    : “Enggak kok, kamu kok nuduh aku kayak gitu sih.”
Aku                  : “Ngaku aja, kalo gak mau ngaku yaudah lebih baik kita
                              akhiri hubungan ini aja.”
Rio                    : “Gak aku gak ingin hubungan yang kita jalin selama ini berakhir hanya gara- gara satu masalah saja. Yasudah aku mengaku saja, emang benar kalau aku merokok, tetapi aku hanya ingin mencobanya. Dan aku berjanji tidak akan pernah merokok lagi.”
Aku                  : “Oke tapi kamu jangan berhenti ngerokok cuma karena aku, tapi kamu harus berhenti ngerokok karena untuk kesehatan kamu ya.”
Rio                    : “Oke bil, aku janji untuk gak ngerokok karena kamu dan kesehatanku.”
Akhirnya kami berdua ngobrol panjang lebar dan juga sekarang kami berdua sudah baikan.
               Sekarang hubungan kami telah membaik dan kami seperti biasa lagi. Dan semoga jalinan cinta ini tidak akan pernah pudar selamanya.


SELESAI :)

Tidak ada komentar: